Trust Banten - Penyakit Tuberkulosis yang dikenal sebagai TBC atau TB masih menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia.
Mirisnya, Indonesia kini menempati peringkat kedua negara dengan jumlah kasus TB tertinggi di dunia setelah India. Menurut Global TB Report 2023, kasus TB di Indonesia diperkirakan 1.060.000 dan angka kematian 134.000 per tahun. Artinya, ada 17 orang meninggal akibat TB per jamnya.
Menyikapi terus meningkatnya angka kasus TB di Indonesia, Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) terus berkomitmen untuk membantu pemerintah menanggulangi TBC atau TB. Sejumlah langkah terobosan pun dilakukan PPTI, karena perlu kolaborasi semua pihak untuk memberantas TB.
Baca Juga: Seleksi KI Provinsi Banten masih Berlarut, Akademisi Untirta Minta Timsel dan Komisi I Duduk Bersama
Diantaranya mengoptimalkan peran kader kesehatan sehingga lebih cepat menemukan kasus TB. PPTI menyadari pentingnya peran kader kesehatan dalam memutus mata rantai penularan TB.
“Kader PPTI adalah ujung tombak eliminasi TB di masyarakat. Untuk itu, PPTI melakukan refreshment atau penyegaran pelatihan TB untuk 150 kader di Jakarta,” ungkap Penjabat Ketua Umum PPTI, Peggy Kho Pik Hiang dalam sambutannya di HUT ke- 56 PPTI pada Rabu, 22 Mei 2024.
Pengobatan TB memang membutuhkan kesabaran selama enam bulan. Selain lamanya pengobatan, efek samping Obat Anti TB juga sangat berat. Akibatnya, banyak pasien yang putus obat.
Baca Juga: Soal KI Provinsi Banten, Razid Chaniago: Jangan Korbankan Rakyat Demi Kepentingan Segelintir Orang!
Di sinilah peran kader terus memotivasi pasien, agar tidak putus obat yang berisiko menjadi TB Multi Drug Resistance (MDR) atau TB Resisten Obat yang pengobatannya menjadi lebih sulit.