"Perjalanan Panjang" Pelukis Gebar Sasmita, Dari Nusakambangan Hingga Bale Budaya Pandeglang

28 Juni 2023, 06:11 WIB
Gebar Sasmita saat pembukaan pameran "Perjalanan Panjang" /Rizal Fauzi/

Trust Banten - Sore itu, Selasa 27 Juni 2023, selepas menyelesaikan beberapa pekerjaan, saya menepi ke Bale Budaya Pandeglang. Ketidakhadiran dalam pembukaan pameran "Perjalanan Panjang" Gebar Sasmita Sabtu 24 Juni 2023 lalu membuat saya seperti punya utang yang belum lunas jika tidak menyempatkan melihat dan merasakan kembali gemuruh pergulatan batin sang maestro dalam 50 karyanya itu.

Tiba di Bale Budaya saya langsung disambut senyum Wak Gebar (begitu saya memanggilnya), mencium tangan keriputnya, memeluknya sambil mengucapkan selamat dan permohonan maaf karena baru bisa menyempatkan hadir. 

"Haturnuhun sudah ke sini juga," ujarnya tersenyum lepas, selalu begitu, sambil menawarkan kopi. Beberapa seniman sedang asyik melukis di beberapa sudut halaman Bale Budaya.

Saya meminta izin untuk melihat satu demi satu karyanya sebelum kemudian melanjutkan perbincangan. Beberapa lukisan sudah pernah saya lihat, karena sejak tahun 2000-an, saat Wak Gebar bergiat di Bale Budaya, saya sudah sering mampir dan melihat karya-karyanya.

Tahanan Politik

Dunia penjara untuk seorang Gebar Sasmita adalah dunia yang dibenci sekaligus dirindukan kenangannya. Menjadi Gebar saat ini tak lepas dari apa yang ia pelajari dari balik jeruji dari seorang Hendra Gunawan, seniman lukis yang juga menjadi tahanan politik lebih dulu dari dirinya.

Bagaimana tidak, ia menghabiskan masa remaja dan masa mudanya dari penjara ke penjara sejak usia 14 tahun sebagai tahanan politik orde baru. Tanpa proses pengadilan, ia harus ikhlas hidup terpisah dari orangtuanya dari tahun 1965 hingga tahun 1679.

Perjalanan panjang yang ditempuhnya hingga di usianya yang kini menginjak 72 tahun banyak menginspirasi karya-karyanya. Termasuk, pertemuannya dengan Hendra Gunawan. Aliran ekspresionisme yang diajarkan Hendra mengalir bersama karya-karyanya.  

Tak heran jika karya-karya Gebar cenderung menggunakan warna-warna cerah dan ekspresif. Itu cara Gebar Sasmita untuk meluapkan kegetiran rasa dan emosi setiap kali mengingat kejahatan kemanusiaan maupun ketidakadilan yang acap kali ia saksikan semasa hidupnya. 

Bagi Gebar, melukis tak hanya sekadar menghabiskan waktunya. Seni adalah perjalanan spiritual, salah satu cara yang bisa menjaga sisi kemanusiaannya.

"Seni menjadi mekanisme diri ketika saya menghadapi situasi yang sulit. Lewat seni saya bisa mengekspresikan rasa dan emosi saya. Tiap kali ada yang menggetarkan jiwa, karena saya adalah pelukis, maka saya melukis," ungkap Gebar.

Dalam situasi yang penuh tekanan dan ketidakpastian, menurut Gebar, seni dapat memberikan tempat untuk merenung dan mencari ketenangan dalam diri. Ia pun mengenang salah satu karya pertamanya, sebuah pahatan batu yang dibuatnya di mulut gua di Nusa Kambangan.

"Saat di Nusa Kambangan, ada kalanya selama dua tahun kami para tahanan tidak diberi makan oleh pemerintah. Kami mencoba berbagai macam cara untuk tetap hidup. Mulai dari makan cicak hingga bubur tanah. Pengalaman itu, yang membuat saya sangat ingin pulang, ingin sekali merasakan makan bersama orang tua saya," kenangnya.

Penjara Nusa Kambangan menjadi tempat penahanan terakhir sebelum akhirnya Gebar dibebaskan pada tahun 1979. Harapan untuk bisa kembali makan bersama sang ibu tidak dapat terwujud karena pada saat Gebar dibebaskan, orang tuanya telah meninggal. 

Harapan itu akhirnya ia goreskan dalam lukisannya yang berjudul "Potret" (1984) dan "Perjalanan Panjang" (1984).

Karya-karya Gebar tidak hanya mengulas sisi kemanusiaan berikut tragedinya. Bagi Gebar, kebudayaan juga menjadi salah satu daya tarik yang menginspirasinya. Beberapa karyanya banyak mendokumentasikan kebudayaan masyarakat Banten yang kini mulai terkikis, seperti pertunjukan teater rakyat ubrug hingga ritual nukuh.

Pembukaan pameran tunggal Gebar Sasmita “Perjalanan Panjang” juga dihadiri Firman Lie, staf pengajar Seni Murni di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Firman Lie banyak belajar soal kehidupan dari karya-karya Gebar Sasmita. Sosok Gebar Sasmita menurut Firman Lie adalah seniman yang sampai saat ini masih sangat energik.

"Saya belajar banyak tentang kehidupan dari karya-karya Gebar Sasmita. Hadir di pameran ini membuat saya takjub karena ada banyak karya Kang Gebar yang baru saya lihat di sini," ungkap Firman.

Firman Lie juga berharap karya-karya dan pemikiran Gebar Sasmita dapat dituliskan dan dinarasikan agar publik bisa belajar tentang pikiran Gebar Sasmita, bukan hanya dapat melihat karyanya saja, tapi mengerti tentang pikiran dan juga rasa kemanusiaan dari Gebar Sasmita.

Ruang Publik

Pameran tersebut merupakan bagian dari program Ruang Publik Berkreasi x Telusur Kultur yang digagas oleh Pandeglang Creative Hub bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang. 

Melalui program tersebut, Pandeglang Creative Hub yang digagas oleh seniman dan budayawan muda di Pandeglang berharap bisa kembali menghidupkan Bale Budaya Pandeglang sebagai ruang publik.

"Ada rasa haru ketika anak-anak muda ini bisa menyediakan wahana pameran tunggal untuk saya. Karena sebagai seniman, saya tidak akan mungkin bisa menyelenggarakan pameran tunggal ini sendirian. Perlu ada generasi muda seperti kawan-kawan di Pandeglang Creative Hub yang meneruskan perjalanan panjang berkesenian," ungkap Gebar pada momen pembukaan pameran di akhir pekan lalu.

Salah satu pengurus Pandeglang Creative Hub, Tirta Nugraha Pratama menyebut bahwa pameran "Perjalanan Panjang" Gebar Sasmita seakan membangkitkan kembali gairah berkesenian khususnya dalam bidang seni rupa. Hal ini menjadi inspirasi bagi kami (Pandeglang Creative Hub) untuk menempuh perjalanan panjang lewat "disiplin dalam proses dan konsistensi" yang telah dilalui oleh sang Maestro.

"Pameran ini merupakan titik awal perjalanan kami untuk membangkitkan gairah-gairah berkesenian dalam bidang lainnya. Tentu akan menjadi sangat melelahkan, tetapi di balik lelah itu ada generasi-generasi mendatang yang menunggu perjalanan ini untuk terus ber-estafet melakoni geliat-geliat kreatif yang ada disini," ungkap Tirta. ***

Editor: Rizal Fauzi

Tags

Terkini

Terpopuler