Trust Banten - Dongeng memang bukan sesuatu hal yang baru di Indonesia, terutama sebagai komunikasi lisan yang bertujuan menjaga tradisi dan nilai-nilai masyarakat.
Dongeng juga menjadi hal yang mendasar bagi setiap manusia untuk bercerita maupun mendengarkan cerita. Bahkan sejak kita kecil, kita sering diceritakan beragam dongeng oleh keluarga terdekat maupun guru di sekolah.
Melalui dongeng yang ringan dan menyenangkan, diharapkan pesan yang dikemas dengan medium ini dapat ditangkap dan diingat oleh anak-anak dengan mudah.
Baca Juga: Anak Muda Banten Sambut Baik Pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD
Dalam konteks mitigasi bencana, sebuah dongeng dapat dikemas dengan menyelaraskan tradisi lokal dengan pesan kebencanaan. Isinya dapat berupa ramalan-ramalan leluhur mengenai peringatan akan terjadinya bencana, agar tanda-tanda ini tidak asing bagi anak-anak.
Berkaca pada hal itu, Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) bekerja sama dengan berbagai stakeholder, mengajak masyarakat Desa Panggarangan, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak atau biasa disebut wilayah Lebak Selatan, mulai mengembangkan strategi sosialisasi kebencanaan melalui dongeng.
"Indonesia merupakan negara yang terletak di cincin api yang menyebabkannya rawan dilanda bencana. Fakta ini mungkin menyeramkan bagi anak-anak. Tapi, bukan berarti kita tidak perlu mendidik anak-anak agar lebih waspada akan potensi bencana," urai Resha Rashtrapatiji, dari lembaga ID Flow Stories.
Baca Juga: Gerakan Pangan Murah Dinas Ketapang Digelar di Alun-alun Tigaraksa
ID Flow Stories sendiri lembaga independen yang bergerak di bidang pemberdayaan SDM pengenalan budaya dan alam berbasis storytelling dan edutainment. Lembaga ini menjadikan dongeng sebagai senjata serba guna untuk menyosialisasikan kebencanaan khususnya bagi anak-anak.