Trust Banten - Disaat pewarna tekstil belum seperti sekarang, dan disaat Kabupaten Pandeglang belum terbentuk, daerah ini pernah menjadi wilayah yang difokuskan untuk budidaya tanaman Tarum atau Nila atau Indigo.
Dikutip dari akun IG @boimbaelah, beberapa catatan sejarah mengkaitkan tanaman ini dengan eksistensi kerajaan Tarumanagara, yang mungkin karena ada kesamaan kata Tarum dengan kata Tarumanagara.
Sebetulnya penggunaan Tarum atau Nila atau Indigo sebagai pewarna tekstil sudah melalui waktu dan proses yang cukup panjang. Manusia telah menghiasi tekstil dengan pewarna dan pigmen, yang sering kali berasal dari bahan tumbuhan, sejak zaman kuno (Aino dkk. 2018). Biru Nila atau disingkatnya Nila, adalah salah satu pewarna tertua yang digunakan untuk pewarnaan tekstil.
Pada tahun 2009 di Huaca Prieta Peru, kain katun pewarna nila tertua ditemukan, berumur 6000 tahun (Splitstoser et al. 2016). Nila juga dikenal di Mesir kuno; lemari pemakaman Tutankhamun termasuk jubah negara berwarna Nila. Jelasnya, penggunaan Nila sebagai pewarna sudah tersebar luas sejak awal sejarah manusia (Clark dkk. 1993). Orang Yunani menyebut pewarna tersebut sebagai indikon yang berarti dari India.
Setelah penemuan jalur laut ke India oleh Portugis dengan navigator Vasco da Gama pada tahun 1498, sejumlah besar Nila diimpor dari Asia. Biar gampang diingat, warna biru seperti apa yang dihasilkan dari tanaman Tarum, maka bisa kita lihat warna biru yang ada di Kain Batik Baduy.
Balik lagi ke Pandeglang, bagaimana dengan Tarum yang ada di daerah ini? Di era Kolonialisme, Pandeglang pernah menjadi daerah yang ditetapkan sebagai daerah budidaya Tarum atau Nila. Bahkan beberapa pabrik pengolahannya pun didirikan di daerah ini.
Di Eropa, Tarum atau Nila menjadi komoditas langka sepanjang abad pertengahan. Akhirnya pewarna yang identik secara kimiawi yang berasal dari tanaman woad (Isatis tinctoria) digunakan sebagai gantinya.
Namun pada akhir abad ke-15 penjelajah Portugis, Vasco da Gama menemukan jalur laut menuju India. Hal ini menyebabkan terjalinnya perdagangan langsung dengan India, Kepulauan Rempah, Cina, Jepang termasuk Indonesia.