Kalimat 'Hop Maung!' dan Cerita Perjalanan Sech Mansoer Cikadueun Berdasarkan Koran Belanda 

- 26 April 2024, 20:39 WIB
Ilustrasi harimau di Banten Selatan.
Ilustrasi harimau di Banten Selatan. /Tangkap layar IG @boimbaelah/

Harimau itu kini menceritakan, bahwa sebenarnya dia adalah Putra Bungsu Raja Padjadjaran, yang bernama Pangeran Langlang Boewana. Karena ia takut masuk Islam, ia kemudian menjadi harimau. Menurut kepercayaan populer saat itu, harimau-harimau inilah yang menguasai hutan Oedjoeng Koelon hingga setengah abad lalu.

Sech Mansoer meninggal dunia, tak lama sebelum terjadinya wabah harimau pada tahun 1886. Wabah serangan harimau yang melanda seluruh Banten Selatan dan merenggut lebih dari 500 orang. Harimau-harimau itu tak segan menyerang manusia meski siang hari bolong.

Baca Juga: Aliansi Masyarakat Layangkan Surat Protes Pameran Hewan Peliharaan di Mal Living World Alam Sutera

Setiap sesepuh orang Banten pasti tahu tentang wabah harimau ini. Menurut cerita, penyebab wabah ini adalah dendam sang harimau, yang dipicu oleh sikap Asisten Residen Menes. Saat itu Asisten Residen Menes sedang melakukan perjalanan ke Distrik Tjibalioeng.

Di tengah perjalanan ia mengambil dan membawa seekor anak harimau. Seiring waktu ternyata harimau itu menjadi berbahaya bagi lingkungannya, sehingga asisten residen menyuruh anaknya, untuk menenggelamkan kandang dan anak harimau tersebut ke dalam kolam miliknya.

Hal inilah yang membuat kemarahan para harimau ini. Sampai saat ini masyarakat Banten masih mempercayai bahwa sang harimau itu adalah Pangeran Langlang Boewana.

Pertanyaan yang sering muncul, janji harimau yang tidak akan menyerang keturunan orang Banten kenapa dilanggar, kenapa masih banyak orang yang diserang atau dibunuh, penjelasannya adalah karena para korban lupa mengucapkan Sisinggah.***

Halaman:

Editor: Rukman Nurhalim Mamora


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah