Buku Karya Franz Wilhelm Junghun Gambarkan Kondisi Alam Caringin Tahun 1844

- 6 Mei 2024, 18:36 WIB
Franz Wilhelm Junghun penulis buku tentang Caringin.
Franz Wilhelm Junghun penulis buku tentang Caringin. /IG @boimbaelah/


Trust Banten - Buku-buku karya Franz Wilhelm Junghun merupakan sebuah Langkah besar dalam pengetahuan tentang alam tropis, khususnya di wilayah Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Buku-bukunya merupakan deskripsi paling akurat dan lengkap tentang suatu daerah pada masanya. Dengan dilengkapi data dan koleksinya, Junghun mampu menghasilkan penemuan dan wawasan-wawasan baru setelah kematiannya.

Salah satu bukunya membahas tentang Tjiriengien (Caringin). Tjiriengien merupakan desa paling makmur di kabupaten ini dan berpenduduk 1.800 jiwa, yang sebagian besar hidup dari perikanan dan pertanian.

Tjiriengien terletak di (straat Sunda). Selat Sunda di utara (Peperbaai), teluk Lada di atas tanah yang ramah Kesehatan dan subur, yang segera berubah menjadi pegunungan di sebelah timur dan diairi oleh sungai kecil, disebut juga Tjiriengien.

Baca Juga: Rina Dewiyanti: Pemprov Tempatkan Seluruh Pengelolaan RKUD di Bank Banten

Pemandangan di tempat ini sungguh sangat menawan. Berbeda dengan desa-desa lain, yang tidak menawarkan sesuatu yang istimewa. Rumah-rumah penduduk asli dibangun dengan cara yang sama, dengan bentuk yang sederhana. Loembong (lumbung) padi dikelompokkan di area tertentu, sama seperti di tempat lain di kabupaten ini.

Kabupaten Caringin bisa ditempuh dengan berkendara dari Anyer. Tempat ini merupakan tempat tinggal beberapa orang Eropa dan beberapa pejabat lokal termasuk bupati. Oleh kaena itu kebersihannya sangat terjaga. Tanaman dan bangunan dipilih dan ditempatkan dengan baik, menjadikannya benar-benar menarik.

Terdapat area yang luas di tengah kota dengan bentuk persegi. Pinggirnya ditanami pepohonan yang anggun dan rapi, sehingga keseluruhan area masih bisa terlihat. Area ini disebut Alun-alun Kabupaten Caringin. Alun-alun ini dikelilingi oleh rumah-rumah sederhana namun berperabotan lengkap, yang dipisahkan satu sama lain oleh taman dan pekarangan.

Baca Juga: Try Out Pemain Asing Liga Voli Putri Korea Dimulai, Siapa Tandem Megawati Hangestri Pertiwi?

Seluruhnya disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan di pedesaan. Di pojok alun-alun terdapat benteng kecil yang dindingnya ditutupi rumput, sehingga menyembunyikan barak yang berada di dalamnya. Area ini juga dibatasi oleh pepohonan tinggi, sehingga membuat alun-alun tersebut tampak seolah-olah terletak di tengah hutan.

Bangunan-bangunan yang membatasi alun-alun adalah rumah bupati, asisten residen, pengawas dan panglima militer, serta terdapat juga beberapa bangunan rapi di sekitarnya. Ada sebuah rumah tempat pengolahan kayu manis. Tempat ini merupakan tempat pengolahan hasil budidaya kayu manis untuk dikupas.

Halaman:

Editor: Rukman Nurhalim Mamora


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah