Jalur Kereta Api Rangkasbitung-Labuan jadi Salah Satu yang Tertua di Asia

23 April 2024, 14:11 WIB
Ilustrasi Kereta Api Rangkasbitung-Labuan. /Tangkap layar IG @boimbaelah/


Trust Banten - Indonesia adalah negara kedua di Asia (setelah India) yang mempunyai jaringan kereta api tertua. Cina dan Jepang baru menyusul kemudian. Pemerintah Hindia Belanda juga sempat merencanakan pembangunan rel kereta api di Pulau Kalimantan, Bali, dan Lombok.

Namun belum sempat membangunnya karena Indonesia diduduki oleh Jepang. Salah satu jalur Kereta Api peninggalan Hindia-Belanda adalah jalur Rangkasbitung-Labuan. Staatsspoorwegen (SS) membangun jalur lintas cabang ke Labuan dari Rangkasbitung sepanjang 56 kilometer. Jalur ini merupakan jalur pedalaman Banten yang menghubungkan Rangkasbitung dengan Pandeglang, Menes dan Labuan.

Akun IG @boimbaelah menyebut, tujuan pembangunan jalan rel Banten-Batavia adalah untuk memperlancar hubungan darat antara Banten dengan Batavia dan distribusi garam dari gundang-gudangnya di Labuan. Di Indonesia, Kereta Api mulai dibangun dan dioperasikan di Pulau Jawa.

Baca Juga: Uday Suhada Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Bupati Pandeglang dari PDIP

Sejarahnya diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan Kereta Api di Semarang pada Jumat, 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, LAJ Baron Sloet van den Beele.

Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM atau NIS) yang dipimpin oleh JP de Bordes dari Semarang menuju Desa Tanggung sepanjang 26 kilometer, dengan lebar sepur 1435 milimeter, dan dibuka pada 1867.

Laju perkembangan kereta api di Indonesia berkembang sangat pesat. Pada 1939, panjang jalan Kereta Api di Indonesia mencapai 6.811 kilometer. Pembangunan perkeretaapian tidak hanya di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh pada tahun 1874, Sumatera Utara tahun 1886, Sumatera Barat tahun 1891. Bahkan pada 1922 di Sulawesi juga rel Kereta Api sepanjang 47 kilometer antara Makasar hingga Takalar yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923.

Baca Juga: Direktur Pusar Banten: Praktek Rente tak akan Selesai hanya dengan Legalitas

Stasiun pertama NIS di Semarang berada di Tambaksari (Kemijen) bernama Stasiun Samarang di dekat Pelabuhan Semarang. Stasiun Tambaksari ini adalah stasiun ujung, atau dalam bahasa Belanda disebut kopstation.

Pada 1914 stasiun Tambaksari dibongkar untuk memungkinkan pembangunan jalan rel ke stasiun NIS yang baru di Tawang. Sebagian bangunan stasiun Tambaksari masih dipakai untuk gudang, sehingga kemudian dikenal sebagai Stasiun Semarang Gudang.

Selain NIS, ada juga perusahaan Kereta Api lain di Indonesia, yaitu Staatsspoorwegen (SS) yang berpusat di Kota Bandung. SS sendiri adalah pesaing bisnis dari NIS, dan merupakan perusahaan yang dimiliki pemerintah Hindia Belanda. Wilayah operasinya meliputi seluruh wilayah di Pulau Jawa.

Baca Juga: Ekonom Senior Segara Research Institute: Pemindahan RKUD ke Bank Banten jangan Dipaksakan!

SS sukses melakukan pembangunan dan pengoperasian jalur kereta di Pulau Jawa. Kesuksesan tersebut mendorong mereka untuk melakukan ekspansi ke wilayah Banten dengan membangun Jalur Kereta Api Batavia–Rangkasbitung–Anyer Kidul.

Konsesi pembangunannya diperoleh pada tahun 1896 yang didasarkan pada Staatsblad (Stb) 1896 Nomor: 180 tanggal 15 Juli 1896 untuk lintas Batavia (Jakarta)–Anyer dengan lintas cabang Duri–Tangerang dan Tanahabang–Gambir.

Setelah berhasil membangun jalur Kereta Api Batavia–Anyer, SS membangun jalur lintas cabang ke Labuan dari Rangkasbitung sepanjang 56 kilometer. Jalur ini merupakan jalur pedalaman Banten yang menghubungkan Rangkasbitung-Pandeglang-Menes-Labuan. Tujuan pembangunan jalan Rel Banten-Batavia adalah memperlancar hubungan darat antara Banten dengan Batavia dan distribusi garam dari gundang-gudangnya di Labuan.

Baca Juga: Kabar Terbaru dari Dua Pemain Asing Bandung BJB Tandamata, Alhamdulillah...

Jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan melayani angkutan penumpang dan barang beroperasi pada tanggal 18 Juni 1906. Setelah 76 tahun beroperasi, di tahun 1982 layanan kereta api di jalur ini harus ditutup akibat kalah bersaing dengan moda angkutan darat lainnya.

Berbagai sarana prasarana perkeretaapian yang berada di sepanjang jalur ini lambat laun hancur karena tidak terpelihara dan hilang dijarah orang yang tidak bertanggung jawab.

Pasca kemerdakaan, Staatsspoor wegen (SS) dan perusahaan Kereta Api lainnya di nasionalisasi sehingga namanya berubah menjadi Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) yang menjadi cikal bakal PT Kereta Api Indonesia (PT KAI).

Jalur Kereta Api lintas Rangkasbitung–Labuan membentang sepanjang 56,233 km dari Rangkasbitung Kabupaten Lebak sampai Labuan Kabupaten Pandeglang di Provinsi Banten. Perjalanan Kereta Api di jalur ini berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di 17 stasiun kelas Halte (stasiun kecil) dan Stopplaast.***

Editor: Rukman Nurhalim Mamora

Tags

Terkini

Terpopuler